Senin, 08 Januari 2001

Satukan Hati Dan Ucapan

Hati setiap manusia dibagi menjadi dua. Yaitu hati besar dan hati kecil. Hati besar adalah hati yang selalu berkata bohong, membuat panas, mengadu domba, iri, dengki dan lain-lainnya. Sementara hati kecil juga biasa disebut hati nurani adalah hati yang selalu berkata jujur, apa adanya, dan selalu mengingatkan setiap manusia untuk senantiasa berbuat kebaikan.

Namanya saja hati besar, jadi dengan tempat yang cukup besar maka, kekuasaannya pun juga besar. Sedangkan hati kecil memang sangat kecil namun bila dikelola dengan baik akan mampu untuk menundukkan sekeras apapun, setinggi apapun dan sehebat apapun. Tak heran jika Kanjeng Nabi Muhammad SAW senantiasa mengingatkan manusia bahwa jihad yang paling besar pada setiap manusia adalah perang melawan hawa nafsunya. Nah, hawa nafsu itulah yang ada pada hati besar dan cukup dominan.

Maaf, selama ini banyak orang yang salah dalam mengartikan jihad. Jihad itu bukanlah dengan memukuli, menghajar dan memaksa orang lain untuk berbuat baik. Tetapi jihad itu jika mensitir Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah urusan seorang manusia dengan dirinya sendiri. Artinya, setiap manusia harus mampu untuk mengalahkan hawa nafsunya. ‘Kemenangan’ dalam mengalahkan hawa nafsunya sendiri itu biasanya terpancar dari wajah dan perilaku seseorang. Dari roman wajahnya akan tampak ketenangan dan ketabahan dalam menghadapi hidup. Setiap persoalan dalam hidup di dunia pun dihadapinya dengan tenang.

Satukan Hati dan Ucapan

Apabila hati besar yang penuh kebohongan dan arogansi sudah dikalahkan dan ditundukkan, maka yang muncul adalah kejujuran. Apa sih kejujuran itu? Kejujuran adalah bersatunya ucapan hati dan ucapan mulut. Artinya, antara hati dan mulut mengucapkan hal yang sama. Jika antara ucapan hati dan ucapan mulut tidak sama, berarti hawa nafsu yang ada pada hati besar bisa dikatakan masih belum mampu dikalahkan dan ditundukkan.

Jika pada hati dan ucapan mulut kita tidak sama, jangan berharap doa kita bisa diterima oleh GUSTI ALLAH. Lha kok bisa? Jelas. Pasalnya, ketika berdoa kita selalu mengucapkan doa dan mengharapkan agar doa kita terkabul. Lha bagaimana bisa terkabul, kalau hati kita sendiri tidak meyakininya? Artinya, sebuah doa menjadi tidak terkabul ketika antara ucapan mulut dan hati tidak sama. Hati mengatakan itu, mulut mengatakan ini (yang nyata-nyata bertolak belakang).


Hati adalah sumber segala-galanya.

2 komentar: